Kamis, 5 Mei 2011
Usianya masih terbilang muda, 30 tahun. Namun
di usianya yang muda itu, Fajar Handika telah meraih kesuksesan. Yang
membanggakan ia meraihnya dengan usaha dan kerja keras tanpa
mengandalkan bantuan modal dari orang tua. Andi, demikian ia biasa
disapa, adalah pemilik rumah makan Foodfezt di jalan Kaliurang KM 5,5
Yogyakarta yang mempunyai omset tidak kurang dari Rp 300 juta setiap
bulannya.
“Tahun 1997, ketika masih SMA, ayah saya wafat. Untuk
biaya pendidikan dan hidup, saya banyak dibantu oleh kakak hingga awal
saya kuliah. Tetapi saya merasa tidak enak kalau terus-terusan menjadi
beban apalagi kakak-kakak saya sudah mempunyai keluarga. Saya kemudian
mulai belajar mencari uang sendiri,” kata Andi, bungsu dari enam
bersaudara. Pada tahun 2000 saat semester keempat kuliah di Jurusan Ilmu
Komputer Universitas Gadjah Mada, Andi nyambi menjadi penjaga warung
internet. Namun itu hanya bertahan setahun karena merasa bukan
passion-nya. Andi memutuskan berbisnis sendiri sebagai seorang web
designer, sebuah usaha yang relatif tanpa modal uang. Namun ia juga
merasa kurang cocok.
Ia lantas berganti haluan lagi dan kini
membuka usaha toko online. Tahun 2004, Andi mulai melirik usaha food and
beverage (FNB). Ketika itu ia join dengan temannya mendirikan Coffee
Shop yang diberi nama Blazt. Lokasinya di Jalan Kaliurang KM 6,3
Yogyakarta. Di coffee shopnya, Andi memberi fasilitas WIFI untuk para
pelanggan. Namun usaha ini juga tidak bertahan lama. Kali ini bukan
karena tak laku. Andi harus berhenti karena tanah dan bangunan yang ia
sewa sebagai tempat usaha, dijual oleh pemiliknya. Ia kemudian membuka
warung angkringan di Jalan Kaliurang KM 4 Yogyakarta. Warung itu
ditunggui sendiri sembari belajar secara lebih dekat tentang dunia
kuliner Yogyakarta. “Saya jualan angkringan selama delapan bulan.
Selama
berjualan itu, saya sekaligus menggagas model makanan apa dan model
warung seperti apa yang digemari masyarakat. Saya membuat survei dan
menyebar kuisioner untuk mengetahui hal ini,” kata Andi yang kini
mahasiswa Magister Managemen UGM ini. Dari survei itu pula, Andi
memperoleh gambaran beberapa warung makan, restoran atau kedai di
Yogyakarta yang disukai konsumen. Bermodal sisa tabungan yang dimiliki
dan hasil menjual mobilnya. Pemenang II WMM 2010 Kategori Mahasiswa
Pascasarjana dan Alumni Bidang Usaha Boga ini, merasa yakin untuk
membuka usaha kuliner dengan konsep festival. Andi menyewa tanah di
Jalan Kaliurang KM 5,5 kemudian direhab untuk menjadi sebuah restoran.
Selanjutnya Andi menghubungi beberapa kedai dan warung makan yang
menjadi idola konsumen seperti hasil surveinya. “Awalnya hanya ada enam
outlet yang terisi seperti Bakmi Oncor, Sate Cak Amat, Dimsum, Nasi
Kebuli, dan bakso. Meski hanya enam store, tapi jumlah menu yang kami
tawarkan saat itu mencapai lebih dari 50 buah,” kata Andi.
Usaha
foodfezt yang baru dibuka secara resmi pada 17 Oktober 2007 dengan
modal sekitar Rp 450 juta itu, sudah break event point dalam waktu 15
bulan. Sebagai pemenang WMM, Fajar Handika mendapatkan dukungan antara
lain pelatihan manajemen bisnis oleh instruktur berstandar internasional
sekaligus pendampingan usaha selama enam bulan dari Bank Mandiri. “Ini
sangat bermanfaat bagi saya dalam menajamkan strategis bisnis,” ujarnya.
Dengan bekal tersebut Andi terus meluaskan usahanya. Menggandeng Bondan
Winarno “Si Mak Nyus” ia membuka restoran Kopitiam Oey. Dengan usaha
yang telah berjalan stabil, Andi tidak mau berhenti. Sejumlah ekspansi
bisnis lain juga telah dilakukannya, antara lain bisnis udang galah dan
ikan nila untuk ekspor.
Sumber : http://wirausahamandiri.co.id/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar