Awalnya,
Ridwan Abadi tidak sepenuhnya menjejakkan kaki di dunia wirausaha. Dia
hanya menjadikan bisnis kuliner sebagai ‘pekerjaan sampingan’. Kala itu,
peraih gelar sarjana dari Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
pada 2007 ini masih menjadi karyawan sebuah perusahaan
pengembang. Pria kelahiran 8 Agustus 1985 ini mulai mencoba menggeluti bisnis kuliner sejak tahun 2006 dengan memproduksi dan menjual burger. Ketertarikan ini dilatarbelakangi hobinya berwisata kuliner. “Ya, saya memilih berbisnis kuliner karena hobi makan. Jadi, saya tahu di mana mencari makanan enak, walau belum tentu tahu cara membuatnya,” ungkapnya.
pengembang. Pria kelahiran 8 Agustus 1985 ini mulai mencoba menggeluti bisnis kuliner sejak tahun 2006 dengan memproduksi dan menjual burger. Ketertarikan ini dilatarbelakangi hobinya berwisata kuliner. “Ya, saya memilih berbisnis kuliner karena hobi makan. Jadi, saya tahu di mana mencari makanan enak, walau belum tentu tahu cara membuatnya,” ungkapnya.
Seiring
perjalanan waktu, Ridwan makin yakin pada prospek bisnis kuliner yang
digelutinya. Dia pun berhenti bekerja dan memutuskan untuk sepenuhnya
menjadi wirausahawan pada 2008. Menurutnya, untuk membesarkan usaha yang
dirintis membutuhkan tenaga dan pemikiran yang penuh. “Saya pikir untuk
menjadi pengusaha sukses tidak boleh setengah hati. Harus terjun
sepenuhnya,” cetusnya. Dengan bermodalkan uang gaji yang disisihkan saat
bekerja, Ridwan mendirikan resto Batagor Jepang di Jalan Mayjend
Panjaitan, Malang. Kuliner ini memiliki kekhasan dengan memadukan unsur
batagor Bandung dengan sajian Jepang, misalnya saja saus teriyaki.
Pertama mengenalkan Batagor Jepang, ternyata jenis kuliner ini digemari
masyarakat. Tak ayal pebisnis kuliner lainnya ikut menyontek. Namun, hal
ini tidak merisaukan Ridwan karena, menurutnya , persaingan bisnis
memungkinkan hal tersebut.
“Kuncinya
ada pada inovasi produk. Kami terus memberikan varian baru, seperti
baso yang terbuat dari bahan dasar seafood yang notabene menjadi andalan
masakan khas Jepang,” jelasnya. Akses dan jaringan Ridwan dalam
mengembangkan usaha makin luas setelah ia mengikuti program Wirausaha
Muda Mandiri (WMM) dari Bank Mandiri pada tahun 2010 lalu , dan berhasil
menjadi pemenang. “Dengan mengikuti program WMM, saya bisa menambah
wawasan dan jaringan, termasuk akses permodalan. Selain itu, berbagai
pelatihan yang diberikan sangat berguna bagi pengembangan bisnis saya,
salah satunya pengelolaan sumber daya manusia,” terangnya.
Ridwan
membesarkan Batagor Jepang-nya melalui sistem waralaba dengan merek
Takashi Mura, sejak tahun lalu. Harga untuk mitra waralaba dipatok mulai
dari Rp 35 juta hingga Rp 95 juta, tergantung paket yang dipilih.
Hingga saat ini mitra waralaba yang bekerjasama sudah mencapai 50,
tersebar di berbagai daerah di pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
Sementara itu promosi juga gencar dilakukan Ridwan, termasuk melalui
jejaring media sosial, seperti facebook dan twitter. Bagi pria asal
Lampung ini, modal berbentuk uang bukanlah segalanya untuk memulai
bisnis, namun kemauan yang keras merupakan modal utama yang sulit
didapatkan.
“Menemukan
kegagalan dalam merintis bisnis sangat mungkin terjadi. Jika tidak
gigih dan ulet tentu saja akan kandas di tengah jalan. Selain itu, harus
pintar berinovasi dan jeli melihat pasar,” jelasnya. Dengan omset usaha
mencapai Rp 100 juta per bulan, Ridwan tak berpuas diri. Dia ingin
terus mengembangkan diri. Salah satunya dengan menargetkan bisa
memasarkan Batagor Takashi Mura dalam bentuk beku di pasar ritel. Untuk
itu, dia berencana membangun pabrik. “Mudah-mudahan tahun depan bisa
terlaksana,” ujarnya.
Sumber : http://www.wirausahamandiri.co.id
Hebat mas ridwan, semogaf menjadi contoh bagi generasi muda lainnya! Jgn hanya mencari lapangan kerja saja yg mengandalkan nilai bodong!
BalasHapus